PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Persiapan
dan syarat-syarat yang perlu diperhatikan :
Penderita
diberi petunjuk sejelas mungkin, kalau secara tertulis tentang :
1. Masa Abstinensia seksualitas
Yaitu
jarak antara waktu istrahat tidak melakukan aktifitas seks. Biasanya
abstinonsia yang diperlukan 3 – 5 hari
2. Cara pengeluaran sperma
a. Masturbasi
/ onani / rancap
Yaitu
tindakan menggosok kemaluan laki-laki (penis) berulang-ulang, sampai
terjadi
ketegangan, dan klimaksnya akan keluar sperma, (dari segi praktis cara
ini
paling baik)
b. Koitus
Interruptus / senggama terputus
Yaitu
tindakan senggama yang tidak diteruskan sampai akhir, tetapi diputus
sehingga
sperma tidak masuk ke vagina. Koitus interruptus merupakan cara yang
lebih
representatif dari pada masturbasi.
c. Koitus
kondomatus / senggama dengan kondom
Yaitu
pengumpulan semen didalam kondom umumnya tidak dianjurkan oleh karena
biasanya
kondom mengandung spermicid, akan tetapi bila terpaksa menggunakan
kondom, maka
peelu dibersihkan dulu dengan air hangat tanpa memakai sabun supaya
kondom
tersebut bebas dari spermicid, kemudian dikeringkan.
d. Vibrator,
dll
3. Penampung dan membawanya ke laboratorium
Jika
mungkin/memungkinkan masturbasi ini dilakukan dilaboratorium dan
langsung
dikeluarkan kedalam tempat penampung. Sperma ditampung dengan hati-hati
dan
tidak ada yang tercecer kedalam botol kaca yang bersih dan kering serta
bermulut
lebar. Semen segera diperiksa setelah dikeluarkan atau dalam batas 15 –
120
menit sesudah ejakulat. Hasil keputusan simpousium spermatologi tahun
1978,menyatakan bahwa sperma harus
diserahkan paling lambat ½ sampai 1 jam setelah ejakulasi. Waktu
penyerahan
contoh semen dilaboratorium harus disertai keterangan mengenai lama
abstinensia, cara pengeluaran dan waktu pengeluaran.
Pada
pemeriksaan semen sebelum memutuskan adanya gangguan fertilitas,
pemeriksaan
diulangi sekurang-kurangnya dua kali dengan interval waktu antara 3 – 5
minggu.
Sedangkan bila hasilnya normal maka tidak perlu diulangi.
PEMERIKSAAN
SPERMA
A. Pemeriksaan Makroskopis
1.
Koagulasi
dan Likwefeksi
Sperma
normal yang baru saja diejakulasi selalu menunjukkan adanya
gumpalan-gumpalan
atau koagulum diantara cairan lender putih yang cair. Sperma ini
kemudian
mengalami likwefeksi sempurna dalam waktu 15 – 20 menit.
Dicatat
ada tidaknya koagulum, berapa menit waktu yang dibutuhkan sampai terjadi
likwefeksi sempurna.
Apabila
tidak terdapat koagulum menunjukkan penyumbatan pada kelenjar vesica
seminalis
ataupun kelainan pada vesica seminalis. Apabila likwefeksi memanjang
atau tidak
sempurna setelah 20 menit, keadaan seperti ini menunjukkan adanya
gangguan
fungsi prostat dalam memproduksi seminin.
2.
Warna
Warna
sperma diamati dengan latar belakang yang putih dan dengan penerangan
yang
cukup
Normal
berwarna putih kanji, putih keabu-abuan atau kekuning-kuningan.
Abnormal
: apabila seperti susu, kemerahan atau jernih
3.
Bau
Normal : Bau
sperma khas seperti bunga akasia
Abnormal : Berbau tidak khas misalnya : bau obat-obatan,
amis dsb
Bau
sperma yang khas ini disebabkan oleh adanya spermine yang dihasilkan
oleh
prostat
4.
Ph Sperma
Diukur
setelah terjadi likwefeksi sempurna, yang ditentukan dengan memakai
kertas Ph
atau dengan Ph meter.
Normal
Ph sperma menunjukkan sedikit alkalis yaitu 7.2 - 7.8 cairan prostat
mempunyai
Ph yang rendah yaitu kurang dari 7.0
5.
Volume
Diukur
setelah terjadi likwefeksi sempurna
Normal : 2 – 6
ml, kurang dari 1 ml disebut hypospermia
Lebih
dari 6 ml disebut hyperspermia. Apabila dijumpai volume kurang dari 1 ml
sering
diragukan tidak sempurnanya ejakulasi atau tidak tertampung seluruhnya.
Apabila
volume besar rendah dan jernih biasanya menunjukkan jumlah spermatozoa
yang
rendah atau azospermis
6.
Viskositas
Ditentukan
setelah terjadi likwefeksi sempurna
Caranya
:
-
Dengan
batang gelas (makin panjag menunjukkan
viskositas semen yang tinggi)
-
Dengan
memakai pipet ELLIASON
Waktu
yang dibutuhkan terjadinya tetesan semen dari ujung pipet dicatat dengan
memakai stopwatch.
Normal
berkisar antara 1 – 2 detik untuk tiap 1 tetesan
Viscositas
juga tergantung dari enzyme yang berasal dari prostat
B. Pemeriksaan Mikroskopis
1. Kepadatan Spermatozoa
Kepadatan
spermatozoa ini dapat dipkai untuk menentukan factor pengenceran pada
waktu
menghitung jumlah spermatozoa
2. Motilitas Spermatozoa
Pemeriksaan
motilitas spermatozoa hendaknya dilakukan pada suhu kamar sekitar 370C,
dapat
merupakan kelanjutan dari pemeriksaan kepadatan spermatozoa.
Disini
dihitung sekitar 200 spermatozoa dalam beberapa lapang pandang, kemudian
dicatat :
a.
Prosentase
spermatozoa yang bergerak baik,
yaitu spermatozoa yang nyata memperlihatkan gerakan maju
b.
Prosentase
spermatozoa yang bergerak kurang
baik atau ditempat yaitu spermatozoa yang hanya ada gerakan ekor.
c.
Prosentase
spermatozoa yang tidak bergerak
sama sekali atau non motil
Nilai normal apabila spermatozoa
bergerak baik lebih atau sama dengan 50%
3. Motilitas sinambung
Motilitas
sinambung atau “successive motility” adalah pengamatan motilitas
spermatozoa
dalam interval waktu tertentu untuk mengetahui apakah ada penurunan yang
drastis dari prosentase spermatozoa motil dalam waktu tertentu setelah
ejakulasi
4. Pengecatan supravital
Ada
kemungkinan bahwa spermatozoa tidak bergerak, tetapi tidak mati.
Spermatozoa
ini mungkin pula dapat bergerak didalam alat kelamin wanita, maka dari
itu
penting kiranya untuk mendefensiasi spermatozoa yang benar-benar mati
dengan
spermatozoa yang tidak bergerak.
5. Perhitungan jumlah Spermatozoa
Prinsip : Cairan sperma diencerkan didalam pipet
leukosit
dengan larutan pengencer sperrmicide, kemudian dimasukkan kedalam kamar
hitung
dan jumlah spermatozoa dihitung dalam volume tertentu
Prosedur : 1. Isaplah cairan sperma yang telah homogen
dengan
pipet leukosit sampai tanda 0,5
2. Kemudian
isaplah larutan pengencer (spermicide) sampai tanda II tepat
3. Campurkan
baik-baik, buanglah 3 – 4 tetes cairan yang diujung pipet leukosit
tersebut
4. Teteskan
setetes campuran sperma keatas kamar hitung yang telah diisapkan
5. Mulailah
menghitung spermatozoa seperti melakukan penghitungan sel-sel darah
dengan
bantuan mikroskop
Dalam keadaan normal jumlah spermatozoa bervariasi antara
60 - 150 juta/ml. Untuk perhitungan jumlah spermatozoa yang lebih teliti
dapat
digunakan “Electric Counter”. Untuk menghitung spermatozoa yang sedikit
jumlahnya, yang pada pemeriksaan sepintas hampir tidak nampak adanya
spermatozoa dianjurkan untuk melakukan centrifuge sperma terlebih dahulu
dengan
kecepatan 2000 rpm selama 15 menit. Endapan yang tampak diteliti untuk
mencari
adanya spermatozoa, paling sedikit dilakukan 2 – 3 kali pemeriksaan
dengan cara
tsb diatas sebelum menyimpulakan diagnose Azoospermia.
Jika
jumlah sperma :
l
Kurang dari 20 juta/ml
disebut Oligospermia
l 20 –
40 juta/ml disebut
Subfertil
l 40 -
60 juta/ml disebut
Relatif fertil
l
Lebih dari 60 juta/ml
disebut Sangat fertile
6.
Morfologi
spermatozoa
Spermatozoa
normal terdiri dari :
a. Kepala
yang berbentuk oval lebih besar dari bagian tubuh yang lain
b. Leher
yang kecil, yang didasanya dihubungkan pada filament axial yang
berhubungan
dengan ekor
c. Ekor
yang panjng dan ramping, yang bila melakukan gerakan kebelakang bawah
dapat
menghasilkan gerakan aktif
Bila terdapat
kelainan bentuk dan ukuran serta pengecatan ini dianggap abnormal,
misalnya : kepala
berbentuk lancip, bundar, kepala raksasa, kepala double, atau kepala
ovale
tetapi ekornya terputus-putus dijumpai juga ekornya berlekuk-lekuk
membentuk
kumparan, ini tidak mempunyai arti penting. Bentuk abnormal dipelajari
paling
baik dengan preparat dan pengecatan
Ø Beberapa
pengertian istilah yang berhubungan dengan analisa sperma :
Hyperspermia : keadaan
dimana volume sperma lebih dari 6 ml/ejakulasi’
Hyposspermia : keadaan
dimana jumlah volume sperma kurang dari 1 ml/ejakulasi
Oligospermia : keadaan
dimana jumlah spermatozoa kurang dari 20 juta/ml
Azospermia : Keadaan
dimana tidak terdapat spermatozoa dalam semen
Neurospermia : keadaan
dimana tidak ada spermatozoa yang hidup dalam sperma