Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari jasad-jasad yang hidup
untuk sementara atau tetap di dalam atau pada permukaan jasad lain
dengan maksud untuk mengambil makanan sebagian atau seluruhnya dari
jasad itu (parasiros = jasad yang mengambil makanan; logos = ilmu).
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai plasmodium sp dan lebih rinci
lagi akan dibahas mengenai plasmodium Falcifarum.
Plasmodium sp pada manusia menyebabkan penyakit malaria dengan gejala
demam, anemia dan spleomegali (pembengkakan spleen). Dikenal 4 (empat)
jenis plasmodium, yaitu :
1.Plasmodium vivax menyebabkan malaria tertiana (malaria tertiana
begigna).
2.Plasmodium malariae menyebabkan malaria quartana
3.Plasmodium falciparum menyebabkan malaria topika (malaria tertiana
maligna).
4.Plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale.
Malaria menular kepada manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles sp.
dalam siklus hidupnya. Plasmodium sp berproduksi secara sexual
(sporogoni)dan asexual (schizogon) di dalam host yang berbeda, host
dimana terjadi reproduksi sexsual, disebut host definitive sedangakn
reproduksi asexual terjadi pada host intermediate. Reproduksi sexual
hasinya disebut sporozoite sedangkan hasil reproduksi asexual disebut
merozoite.
Plasmodium falciparum mempunyai sifat – sifat tertentu yag berbeda
dengan species lainnya, sehingga diklasifikasikan dalam subgenus
laveran.
Plasmodium falciparum mempunyai klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Haemosporodia
Divisio : Nematoda
Subdivisio : Laveran
Kelas : Spotozoa
Ordo : Haemosporidia
Genus : Plasmodium
Species : Falcifarum
A.Nama penyakit
P.falciparum menyebabkan penyakit malaria falsifarum.
B.Hospes
Manusia merupakan hospes perantara parasit ini dan nyamuk Anopheles
betina menjadi hopses definitifnya atau merupakan vektornya.
C.Distribusi geografik
Parasit ini ditemukan didaerah tropic, terutama di Afrika dan Asia
Tenggara. Di Indonesia parasit ini terbesar di seluruh kepulauan.
D.Morfologi dan daur hidup
Parasit ini merupakan species yang berbahaya karena penyakit yang
ditimbulkannya dapat menjadi berat dan menyebabkan kematian.
Perkembangan aseksual dalam hati hanya menyangkut fase preritrosit saja;
tidak ada fase ekso-eritrosit. Bentuk dini yang dapat dilihat dalam
hati adalah skizom yang berukuran ± 30 ยต pada hari keempat setelah
infeksi.
Jumlah morozoit pada skizon matang (matur) kira-kira 40.000 bentuk
cacing stadium trofosoit muda plasmodium falciparum sangat kecil dan
halus dengan ukuran ±1/6 diameter eritrosit. Pada bentuk cincin dapat
dilihat dua butir kromatin; bentuk pinggir (marginal) dan bentuk accole
sering ditemukan. Beberapa bentuk cincin dapat ditemukan dalam satu
eritrosit (infeksi multipel). Walaupun bentuk marginal, accole, cincin
dengan kromatin ganda dan infeksi multiple dapat juga ditemukan dalam
eritrosit yang di infeksi oleh species plasmodium lain pada manisia,
kelainan-kelainan ini lebih sering ditemukan pada Plasmodium Falciparum
dan keadaan ini penting untuk membantu diagnosis species.
Bentuk cincin Plasmodium falciparum kemudian menjadi lebih besar,
berukuran seperempat dan kadang-kadang setengah diameter eitrosit dan
mungkin dapat disangka parasit Plasmodium malariae. Sitoplasmanya dapat
mengandung satu atau dua butir pigmen. Stadium perkembangan siklus
aseksual berikutnya pada umumnya tidak berlangsumg dalam darah tepi,
kecuali pada kasus brat (perniseosa).
Adanya skizon muda dan matang Plasmodium falciparum dalam sediaan darah
tepi berarti keadaan infeksi yang berat sehingga merupakan indikasi
untuk tindakan pengobatan cepat.
Bentuk skizon muda Plasmodium falciparum dapat dikenal dengan mudah oleh
adanya satu atau dua butir pigmen yang menggumpal. Pada species parasit
lain pada manusia terdapat 20 atau lebih butir pigmen pada stadium
skizon yang lebih tua. Bentuk cincin da tofozoit tua menghilang dari
darah tepi setelah 24 jam dan bertahan dikapiler alat-alat dalam,
seperti otak, jantung, plasenta, usus atau sumsum tulang; di tempat –
tempat ini parasit berkembang lebih lanjut.
Dalam waktu 24 jam parasit di dalam kapiler berkembang biak secara
zkisogoni. Bila skison sudah matang, akan mengisi kira-kira 2/3
eritrosit. Akhirnya membelah-belah dan membentuk 8 – 24 morozoit, jumlah
rata-rata adalah 16. skizon matang Plasmodium falciparum lebih kecil
dari skizon matang parasit malaria yang lain. Derajat infeksi pada jenis
malaria ini lebih tinggi dari jenis-jenis lainnya, kadang-kadang
melebihi 500.000/mm3 darah.
Dalam badan manusia parasit tidak tersebar merata dalam alat-alat dalam
dan jaringan sehingga gejala klinik pada malaria falciparum dapat
berbeda-beda. Sebagian besar kasus berat dan fatal disebabkan oleh
karena eritrosit yang dihinggapi parasit menggumpal dan menyumbat
kapiler.
Pada malaria falciparum eritrosit yang diinfeksi tidak membesar selama
stadium perkembangan parasit. Eritrosit yang mengandung trofozoit tua
dan skizon mempunyai titik kasar berwarna merah (titik mauror) tersebar
pada dua per tiga bagian eritrosit. Pembentukan gametosit berlamgsung
dalam alat-alat dalam, tetapi kadang-kadang stadium mudah dapat
ditentukan dalam darah tepi. Gametosis muda mempunyai bentuk agak
lonjong, kemudian menjadi lebih panjang atau berbentuk elips; akhirnya
mencapai bentuk khas seperti sabit atau pisang sebagai gametosis matang.
Gametosis untuk pertama k ali tampak dalam darah tepi setelah beberapa
generasi mengalami skizogoni biasanya kira-kira 10 hari setelah parasit
pertama kali tampak dalam darah. Gametosis betina atau makrogametosis
biasanya lebih langsing dan lebih panjang dari gametosit jantang atau
mikrogametosit, dan sitoplasmanya lebih biru dengan pulasan
Romakonowsky. Intinya lebih lebih kecil dan padat, berwarna merah tua
dan butir-butir pigmen tersebar disekitar inti. Mikrogametozit membentuk
lebih lebar dan seperti sosis. Sitoplasmanya biru, pucat atau agak
kemerah-merahan dan intinya berwarna merah mudah, besar dan tidak padat,
butir-butir pign\men disekitan plasma sekitar inti.
Jumlah gametosit pada infeksi Falciparum berbeda-beda, kadang-kadang
sampai 50.000 – 150.000/mm3 darah, jumlah ini tidak pernah dicapai oleh
species Plasmodium lain pada manusia. Walaupun skizogoni eritrosit pada
Plasmodium falciparum selesai dalam waktu 48 jam dan priodisitasnya khas
terirana, sering kali pada species ini terdapat 2 atau lebih
kelompok-kelokpok parasit, dengan sporolasi yang tidak singkron,
sehingga priodesitas gejala pada penderita menjadi tidak teratur,
terutama pada stadium permulaan serangan malaria.
Siklus seksual Plasmodium falciparum dalam nyamuk sama seperti pada
Plasmodium yang lain. Siklus berlangsung 22 hari pada suhu 20o C, 15 –
17 hari pada suhu 23o C dan 10 – 11 hari pada suhu 25o C – 28o C. pigmen
pada obkista berwarna agak hitam dan butir butinya relative besar,
membentuk pola pada kista sebagai lingkaran ganda sekitar tepinya,
tetapi dapat tersusun sebagai lingkaran kecil dipusat atau sebagai garis
lurus ganda. Pada hari ke- 8 pigmen tidak tampak kecuali beberapa butir
masih dapat dilihat.
E.Patologi dan gejala-gejala.
Masa tunas intrinsic malaria falciparum berlangsung antara 9-14 hari.
Penyakitnya mulai dengan sakit kepala, punggung dan ekstremitas,
perasaan dingin, mual, muntah atau diare ringan. Demam mungkin tidak ada
atau ringan dan penderita tidak tampak sakit; diagnosis pada stadium
ini tergantung dari anamosis tentang kepergian penderita ke daerah
endemic malaria sebelumnya. Penyakit berlangsung terus, sakit kepala,
punggung dan ekstremitas lebih hebat dan keadaan umum memburuk. Pada
stadium ini penderita tampak gelisah, pikau mental (mentral cunfuncion).
Demam tidak teratur dan tidak menunjukkan perodiditas yang jelas.
Ada anemia ringan dan leucopenia dengan monositosis. Pada stadium dini
penyakit penyakit dapat didiagnosis dan diobati dengan baik, maka
infeksi dapat segera diatasi. Bila pengobatan tidak sempurna, gejala
malaria pernisiosa dapat timbul secara mendadak. Istilah ini diberikan
untuk penyulit berat yang timbul secara tidak terduga pada setiap saat,
bila lebih dari 5 % eritrosit di-infeksi.
Pada malaria Falciparum ada tiga macam penyulit :
1.Malaria serebral dapat dimulai secara lambat atau mendadak setelah
gejala permulaan.
2.Malaria algida menyerupai syok/renjatan waktu pembedahan.
3.gejala gastro-intestinal menyerupai disentri atau kolera.
Malaria falciparum berat adalah penyakit malaria dengam P.falciparum
stadium aseksual ditemukan di dalam darahnya, disertai salah satu bentuk
gejala klinis tersebut dibawah ini (WHO, 1990) dengan menyingkirkan
penyebab lain (infeksi bakteri atau virus) :
1.malaria otak dengan koma (unarousable coma)
2.anemia normositik berat
3.gagal ginjal
4.Edema paru
5.Hipoglikemia
6.syok
7.Perdarahan spontan/DIC (disseminated intravascular coagulation)
8.kejang umum yang berulang.
9.Asidosis
10.Malaria hemoglobinuria (backwater fewer)
Manifestasi klinis lainnya (pada kelompok atau daerah didaerah tertentu)
:
1.Gangguan kesadaran (rousable)
2.penderita sangat lemah (prosrated)
3.Hiperparasitemia
4.Ikterus (jaundice)
5.hiperpireksia
Hemolisis intravascular secara besar-besaran dapat terjadi dan
memberikan gambaran klinis khas yang dikenal sebagai “blackwater fever”
atau febris iktero-hemoglobinuria. Gejala dimulai dengan mendadak, urin
berwarna merah tua samapi hitam, muntah cairan yang berwarna empedu,
ikterus, badan cepat lemah dan morolitasnya tinggi. Pada “blackwater”
parasit sedikit sekali, kadang-kadang tidak ditemukan dalam darah tepi.
F.Diagnosis
Diagnosis malaria falcifarum dapat dibuat dengan menemukan parasit
trofozoit muda ( bentuk cincin ) tanpa atau dengan stadium gametosit
dalam sediaan darah tepi. Pada autopsy dapat ditemukan pigmen dan
parasit dalam kapiler otak dan alat-alat dalam.
G.Resistensi parasit malaria terhadap obat malaria.
Resistensi adalah kemampuan strain parasit untuk tetap hidup,
berkembangbiak dan menimbulkan gejala penyakit, walaupun diberi
pengobatan terhadap parasit dalam dosis standar atau dosis yang lebih
tinggi yang masih dapat ditoleransi. Resistensi P.falciparum terhadap
obat malaria golongan 4 aminokuinolin (klorokuin dan amodiakuin untuk
pertama kali ditemukan pada tahun 1960 -1961 di Kolombia dan Brasil.
Kemudian secara berturut-turut ditemukan di Asia Tenggara, di Muangthai,
Kamboja, Malaysia, Laos, Vietnam, Filifina. Di Indonesia ditemukan di
Kalimantan timur (1974), Irian Jaya (1976), Sumatera Selatan (1978),
Timor Timur (1974), Jawa Tengah (Jepara, 1981) dan Jawa Barat (1981).
Focus resistensi tidak mengcakup semua daerah, parasit masih sensitive
dibeberapa tempat di daerah tersebut. Bila resistensi P.Falciparum
terhadap klorokuin sudah dapat dipastikan, obat malaria lain dapat
diberikan , antara lain :
1.Kombinasi sulfadoksin 1000 mg dan pirimetamin 25 mg per tablet dalam
dosis tunggal sebanyak 2-3 tablet.
2.Kina 3 x 2 tablet selama 7 hari.
3.Antibiotik seperti tetrasiklin 4 x 250 mg/hari selama 7-10 hari,
minosiklin 2 x 100 mg/hari selama 7 hari.
4.Kombinasi – kombinasi lain : kina dan tetrasiklin.
Mengapa parasit malaria menjadi resisten terhadap klorokuin, amsih belum
diketahui dengan pasti. Ada beberapa kemungkinan yaitu :
1.Mungkin parasit itu tidak mempunyai tempat (site) untuk mengikat
klorokuin sehingga obat ini tidak dapat dikonsentrasi dalam sel darah
merah,
2.Plasmodium yang resisten mempunyai jalur biokimia (biochemical
pathway) lain untuk mengadakan sintesis asam amino sehingga dapat
menghindarkan pengaruh klorokuin,
3.Mutasi spontan dibawah tekanan otot.
Plasmodium falciparum
20.20 |
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar